Jumat, 21 Januari 2011

Bencana tanah longsor melanda 4 Desa di Jawa Barat.

Pada tanggal 17 Agustus 2010 pukul 17.00 WIB telah terjadi bencana tanah longsor di 4 Desa (Desa Bojong Salam, Desa Sukaresmi, Desa Cibeudug, dan Desa Sukamanah) Kecamatan Rongga. Penduduk terancam sebanyak 91 KK.

Kejadian ini tidak menyebabkan korban luka ringan, korban luka berat maupun korban meninggal. Terjadi pengungsian sebanyak 80 jiwa di Kecamatan Cililin.

Jajaran kesehatan setempat telah mengevakuasi korban dan memberikan pelayanan kesehatan serta melakukan pemantauan di lokasi bencana. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah mengrimkan bantuan obat-obatan. Saat ini Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan mengirimkan tim RHA ke tempat kejadian bencana dengan bantuan berupa MP-ASI sebanyak 1 ton.

Saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat dan pemantauan tetap dilakukan oleh Dinas Kesehtan Bandung Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan.






Bencana tanah longsor di Desa Samiran kec. Selo, Jawa Tengah.
Pada waktu yang bersamaan bencana tanah longsor juga terjadi di Desa Samiran, Kecamatan Selo, yang mengakibatkan satu dari dua rumah milik warga roboh.
Dua rumah yang rusak tertimpa longsor adalah milik Suwito Liyuk (50) warga RT 01/RW IX Dukuh Gebyok Tretes dan Sawal (30) warga RT 04/RW I Dukuh Selo Tengah, keduanya di Desa Samiran, Kecamatan Selo.
Meski rumah rusak dan satu diantaranya roboh, namun para penghuninya selamat.
Menurut Widodo, rumah milik Suwito roboh, sedangkan rumah milik Sawal jebol dibagian tembok belakang setelah diterjang longsor.
“Kedua korban mengalami kerugian diperkirakan sekitar puluhan juta rupiah,” katanya.
Mitro Harjo (60) Ketua RT 01/RW IX, Dukuh Gebyok Tretes, Desa Samiran, menjelaskan, peristiwa tanah longsor yang menimpa rumah dua warga tersebut terjadi sekitar pukul 04.30 WIB.
Tanah longsor terjadi akibat hujan derah yang turun di daerah Selo, sejak Sabtu (20/3) malam hingga Minggu (21/3) dini hari.









 Tanah Longsor di Kab. Trenggalek, Jawa Timur.


Kamis, 06 Mei 2010 jam 10:42
Pada tanggal 5 Mei 2010 pukul 15.00 s.d. 18.00 WIB telah terjadi hujan deras yang mengakibatkan tanah longsor dan banjir di Kabupaten Trenggalek.  Sebanyak 4 orang dilaporkan tewas akibat kejadian tanah longsor.

Tanah longsor terjadi di Desa Gembleb Kec. Pogalan dan menyebabkan 6 rumah rusak berat.  Sedangkan banjir dengan ketinggian berkisar antara 0,5 – 1 meter,  terjadi di 6 kecamatan, yaitu Kec. Trenggalek, Kec. Munjungan, Kec. Pogalan, Kec. Kampak, Kec. Durenan dan Kec. Gandusari.
Jajaran kesehatan setempat telah melakukan evakuasi korban serta memberikan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan, Puskesmas dan RSUD.  Hingga saat ini, pemantauan permasalahan kesehatan di lokasi bencana tetap dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, PPK Regional Jawa Timur dan Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan.



71 Orang Tewas Tertimbun Tanah Longsor di Karanganyar Jateng

Rabu, 26 Desember 2007 19:00 WIB
Karanganyar (ANTARA News) - Sebanyak 71 orang meninggal dunia akibat bencana alam tanah longsor dan banjir yang melanda di daerah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (26/12).

Korban tewas itu tersebar di sembilan lokasi, antara lain di Jatiyoso 10 orang, Tawangmangu 37 orang, Ngargoyoso dua orang, Kerjo lima orang, Jenawi tiga orang, Jumapolo delapan orang Jaten seorang dan Karanganyar Kota dua orang, demikian data yang dihimpun dari Kantor Kesbangliman Kabupaten Karanganyar.

Dalam evakuasi korban di Dukuh Ledoksari, Tawangmangu, dari 37 orang yang dinyatakan meninggal sampai pukul 17.00 WIB baru ditemukan lima orang, yaitu Jami (30), Azka (1), Sumardi (25), Putri (2 ) dan Sri Lestari (25) lima jenazah tersebut sekarang sudah dimakamkan di pemakaman umum di daerah tersebut.

Evakuasi para korban dari longsoran Bukit Kempong yang menimpa 17 rumah itu sampai pukul 17.00 WIB masih terus berjalan, dilakukan secara manual oleh para anggota TNI, Polri, Brimob yang dibantu masyarakat setempat.

Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNi Agus Suyitno mengatakan, pihaknya siap membantu dan apabila masih kurang tenaga akan menambahnya lagi. Evakuasi korban tanah longsor di daerah tersebut tidak bisa dilakukan dengan alat berat karena medannya sangat sulit dilalui

 Cara penanggulangan tanah longsor
Masyarakat waswas jika berada di tanah yang rawan longsor. Peran pemerintah (daerah) kembali dipertanyakan. Tanah longsor merupakan permasalahan klasik lingkungan karena polanya yang kerap menimpa negara ini. Berikut ini 5 cara penanggulangan tanah longsor.
  1. Tanam pohon. Gerakan sejuta pohon yang dicanangkan pemerintah harus segera direalisasikan. Jangan indah dalam kata, namun miskin aksi nyata. Menanam pohon akan membuat tanah menjadi segar kembali. Asri dan sejuk. Fungsinya pun akan kembali sebagai penjaga keseimbangan kehidupan manusia, bukan perusak kehidupan manusia.
  2. Tata ruang. Kebijakan makro oleh pemerintah daerah tercermin dari pengelolaan tata wilayah. Berapa persen ruang terbuka hijau yang dialokasikan. Apa kebijakan pemerintah mengenai pembangunan mall. Ini terpusat pada rencana tata ruang dan wilayah. Tata ruang yang baik akan memberikan porsi yang banyak untuk kawasan hijau.
  3. Cagar alam. Sekiranya daerah tanah tersebut memang rawan diganggu tangan-tangan jahil, sebaiknya dijadikan cagar alam saja. Pengawasan serius oleh pihak keamanan. Jadi, masyarakat yang membandel mau melakukan pembalakan liar atau pembangunan rumah bisa dicegah. Model kebijakan ini penting untuk aksi preventif. Istilahnya, sedia payung sebelum hujan. Sedia hutan sebelum tanah longsor.
  4. Relokasi. Kebijakan ini pasti akan menuai kontroversi karena menyedot dana yang tidak sedikit. Namun, relokasi dapat dipertimbangkan serius jika beban ancaman bagi masyarakat dirasa besar. Menyangkut nyawa, kita harus zero tolerance. Relokasi berguna sekali untuk menghilangkan potensi tanah longsor yang sudah sangat berbahaya.
  5. Early warning system. Selayaknya bencana tsunami, tanah longsor pun mesti mempunyai early warning system. How? Jika pemerintah mau serius, bisa menempatkan aparatur kemananan di daerah rawan tanah longsor. Korban yang berjatuhan selama ini kerap dikaitkan kelambatan informasi yang diterima.
Terintegrasi
Penanggulangan tanah longsor mesti terintegrasi. Tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Penyatuan banyak aspek dapat membuat formula jitu. Mulai masyarakat, pemerintah, legislatif, kemanan, dan sebagainya. Mereka semua harus mengambil peran. Tidak boleh sendiri sendiri, tetapi sebuah kesatuan (integral).
Hakikat bencana tanah longsor yang datangnya sulit diprediksi akan membuat semua kewalahan. Cetak biru (blue print) penanggulangan tanah longsor ini bisa dirancang dengan memberi peran strategis maupun teknis untuk semua stakeholder.